Sri Mencintai Rumah Adat Sejak Kanak-kanak
Cuaca siang itu cukup cerah, tidak seperti biasanya nyaris saban hari hujan mengguyur Kabupaten Rejang Lebong.
Ketika saya tiba, Rumah Meno’o tampak lengang, tidak ada tanda-tanda aktivitas orang di dalamnya.
Rupanya, Sri sang pemilik rumah sedang membantu tetangganya, layaknya perempuan-perempuan desa di Kabupaten Rejang Lebong pada umumnya.
Kebetulan saat itu ada tetangga rumah Sri yang akan menggelar hajatan. Sudah menjadi kebiasaan, tradisi di Kabupaten Rejang Lebong setiap ada tetangga yang akan melaksanakan hajatan, para perempuan sekitarnya ikut membantu di dapur, menyiapkan bahan makanan untuk para undangan.
Baca Juga: Asal-usul Keturunan Sultan Bangkalan Madura, Panembahan Cakraningrat IV di Bengkulu
Tidak berselang lama, Sri tiba menyapa dengan ramah dan mempersilahkan saya menaiki Rumah Meno’o. Begitu menaiki anak tangga, sangat terasa sekali aura eksotismenya.
Rumah kuno yang terawat dengan baik, hanya dengan seorang perempuan berusia setengah abad lebih. Tidak bisa dibayangkan, kalau Pemerintah Daerah setempat ikut turun tangan membantu melakukan perawatan dan pengembangan, tentu akan menjadi lebih baik lagi.
Di teras rumah panggung belantai papan tua namun kokoh, kami berbincang-bincang. Sri menceritakan, bagaimana awal mula dia rela menghabiskan waktunya hanya untuk merawat rumah kuno, suatu tindakan yang mungkin jarang dilakukan oleh kebanyakan orang.