IKOBENGKULU.COM - Pelaku UMKM, khususnya jenis usaha penggilangan padi dan kopi atau huller di Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu mengeluhkan pembatasan pembelian BBM jenis solar.
Pasalnya, selama ini mesin penggilingan padi dan kopi miliknya setidaknya membutuhkan 35 liter BBM jenis Solar dalam sehari, namun sekarang 35 liter tersebut untuk tiga hari.
Artinya, pengusaha penggilingan padi dan kopi di Rejang Lebong hanya bisa menggunakan BBM jenis Solar hanya 11,5 liter saja dalam sehari.
Hal tersebut tentu saja berdampak pada hasil produksi padi dan kopi di Rejang Lebong. Jika dengan 35 liter BBM Solar bisa menghasilkan 2,5 ton padi per hari, namun sekarang dengan 11,5 liter BBM Solar mesin penggilangannya hanya mampu menghasilkan 800 Kg padi saja.
Baca Juga: Anggota DPR RI Muhamad Saleh Pastikan Madrasah Tidak Dihapus dari RUU Sisdiknas
Hal tersebut mendapat respon dari anggota DPRD Rejang Lebong, Hidayatullah. Menurutnya, hal tersebut yang menjadi kekhawatiran akibat dari kenaikan harga BBM dan pembatasan pembelian BBM jenis tertentu.
"Kenaikan dan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi solar akan berdampak buruk pada sektor ekonomi kita, khususnya Rejang Lebong," ujar Hidayatullah atau akrab disapa Dayek, kepada Ikobengkulu.com
Pengaruhnya terhadap pengusaha huller yang menjadi tempat satu-satunya rumah produksi untuk komoditi padi dan kopi.
"Bayangkan ketika heuller tidak bisa beroperasi maksimal, akibat adanya pembatasan kuota BBM, akan berdampak buruk pada produksi kopi dan padi," kata politisi PKS Rejang Lebong tersebut.
Baca Juga: SBY Bongkar Ada Rencana 'Jahat' Pemilu 2024, Jegal Capres dari Demokrat ?