IKOBENGKULU.COM - Banyak pendukung Arema FC mengaku tidak terlibat dalam kerusuhan anarkis sebelum gas air mata ditembakkan.
Affandi, salah satu penggemar Arema FC mengungkapkan, awalnya suporter turun ke lapangan untuk menemui para pemain dan ofisial sesaat setelah pertandingan derby Arema FC - Persebaya usai.
“Suporter turun malah berpelukan sama pemain sama official,” terangnya.
Namun, peningkatan jumlah penonton membuat polisi mengambil tindakan berbahaya dengan menembakkan gas air mata.
“Banyak penonton turun, sepertinya polisi panik lalu menembakkan gas air mata. Itu awalnya," katanya.
Dia mengatakan, setelah gas air mata ditembakkan ke arah yang berbeda, yang hadir di lapangan dan di tribun panik dan bergegas.
"Terlalu banyak yang keluar, terlalu banyak berdesakan, banyak yang jatuh," katanya.
Akun Libra 12 membagikan kesaksian serupa di Twitter. Sebuah akun bernama Rezqi Wahyu mengabarkan bahwa awalnya kondisinya bagus karena pertandingan berakhir dengan kekalahan dari Arema FC.
Baca Juga: Investigasi Tragedi Kanjuruhan, Kapolri Bentuk Satgas Khusus, Korban Meninggal 125 Orang
Rezqi Wahyu melihat pemain dan pelatih Arema FC juga merasa kecewa.