Siaran tersebut juga memberikan ruang bagi pendengar untuk bertanya dan berdiskusi langsung dengan para narasumber.
Banyak pertanyaan datang, terutama tentang bagaimana cara mengenali sebuah berita atau informasi apakah termasuk hoaks atau tidak.
Iyud Dwi Mursito memaparkan beberapa metode yang bisa diaplikasikan oleh masyarakat. "Pertama, selalu verifikasi informasi dari sumber yang kredibel.
Baca Juga: Mafindo Bengkulu Lakukan Kampanye Prebunking untuk Cerdaskan Masyarakat Lawan Hoaks
Jangan hanya percaya karena informasi itu datang dari grup WhatsApp atau media sosial. Kedua, waspadai berita yang bersifat sensasional atau mengandung emosi tinggi. Kebanyakan hoaks dibuat untuk membangkitkan emosi dan agar cepat tersebar."
Gushevinalti menambahkan, "Salah satu ciri informasi palsu biasanya adalah tidak adanya sumber yang jelas atau bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, selalu cek kebenaran informasi sebelum membagikannya."
Mafindo sebagai organisasi yang bergerak aktif dalam melawan fitnah dan hoaks di Indonesia memiliki misi untuk mendidik masyarakat agar memiliki literasi digital yang baik.
Di Bengkulu, Mafindo telah melakukan berbagai kegiatan, termasuk workshop, pelatihan, dan seminar.
Gushevinalti menjelaskan, "Kita berada di era informasi, tapi ironisnya, di saat yang bersamaan kita juga berada di era misinformasi. Dengan kampanye prebunking, kami ingin mencegah agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam informasi palsu."