Perwakilan Petani Sawit Ngadu ke Gubernur, Terkait Anjloknya Harga TBS

- 24 Juni 2022, 23:15 WIB
Perwakilan Petani Kelapa Sawit Kabupaten Bengkulu Utara bertemu Gubernur Bengkulu dalam rangka menyampaikan terkait anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit/Mc Pemprov/
Perwakilan Petani Kelapa Sawit Kabupaten Bengkulu Utara bertemu Gubernur Bengkulu dalam rangka menyampaikan terkait anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit/Mc Pemprov/ /

BENGKULU, IKOBENGKULU.COM- Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit semakin hari turun. Petani sawit di Provinsi Bengkulu mulai mengeluh. Perwakilan Petani Kelapa Sawit Kabupaten Bengkulu Utara bertemu Gubernur Bengkulu dalam rangka menyampaikan terkait anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang tidak sesuai dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah beberapa waktu lalu.

Kepala Suku Pekal Marga Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara, Zamhari AS mengatakan, saat ini harga TBS semakin turun. "Apalagi di tingkat petani yang semakin jauh dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah," ujar Zamhari saat melakukan audiensi dengan Gubernur Rohidin Mersyah di Balai Raya Semarak Bengkulu, Jumat 24 Juni 2022.

Ia menjelaskan, pabrik atau perusahaan membeli TBS dengan harga 970 rupiah per kilogram. Sedangkan petani menerima hasil penjualan sekitar 300 rupiah per kilogram.

Selain itu, perusahaan sawit juga membuat kebijakan pembatasan pembelian sawit berdasarkan jumlah kendaraan. Kendaraan truk hanya 50 per harinya, dan mobil kecil 30 per harinya.

Baca Juga: Gubernur Bengkulu Sapa Jamaah Haji asal Bengkulu Via Virtual, Ini yang Dibicarakan

"Rendahnya pendapatan yang diterima petani disebabkan karena biaya angkut, upah panen dan lainnya. Ditambah lagi, pihak pabrik juga membatasi kuota kendaraan yang masuk," terangnya.

Sementara itu Gubernur Rohidin Mersyah beberapa waktu lalu sudah mengeluarkan edaran penetapan harga sesuai kesepakatan, namun ternyata kepatuhan di tingkat pabrik sangat jauh dari yang ditetapkan.

"Situasi ini memang sudah permasalahan nasional, di mana kebijakan presiden pada waktu harga minyak goreng tinggi," katanya.

Sehingga, ekspor bahan baku minyak goreng hingga CPO ditutup namun ternyata harganya tetap tinggi. Dan akhirnya terjadi pergantian menteri dan ada beberapa pejabat yang diperiksa aparat.

Lebih lanjut, Rohidin meminta masyarakat untuk tidak anarkis menanggapi permasalahan ini dan dirinya akan tetap terus memantau perkembangannya.

Halaman:

Editor: Iyud Dwi Mursito


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x