Morry sudah terlanjur cinta kepada Kain Besurek, sehingga setelah menamatkan studinya di Yogyakarta, dia kembali ke Bengkulu dan magang sebagai Pegawai Harian Lepas (PHL) di Kanwil Departemen Perindustrian Provinsi Bengkulu tahun 1985. Saat itu Kepala Kanwilnya adalah Drs.H Alihanafiah.
Baca Juga: Pencuri Motor Trail di Rejang Lebong Terekam CCTV
"Saya mencoba mengembang desain motif Kain Besurek, sembari ditugaskan bersama Ibu Asniarti mengadakan pelatihan membatik di Kelurahan Jembatan Kecil DAN Pesantren Pancasila," cerita Morry.
Lalu pada tahun 1986 Morry dimita oleh Kakanwil, bernama Igusti Made Okewirya untuk membuat desain batik cap.
"Lalu cap tersebut saya pesan di Yogyakarta dan sekaligus mempraktekkannya bersama Ibu Asniarti dan Ibu Syarifah di kantor jalan pembangunan," kisah mantan Kabid Kebudayaan Dinad Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu itu.
Baca Juga: Asal-usul Keturunan Sultan Bangkalan Madura, Panembahan Cakraningrat IV di Bengkulu
Pada Tahun 1987, Morry lebih mendalami Kain Besurek. Dia melakukan meneliti dan observasi, arti motif dan sejarah, serta fungsi Kain Besurek.
"Banyak tantangan yang saya hadapi mengembankan desain motif Kain Besurek. Ada yg menerima ada yg menolak. Saya dianggap menghilangkan motif aslinya," ungkap Morry.