Huru-hara Berdarah di Benteng Kematian (Bagian 1)

- 18 Mei 2022, 11:11 WIB
Ilustrasi huru-hara berdarah benteng Kematian
Ilustrasi huru-hara berdarah benteng Kematian /

“Bukk”
“Bukk!”
Masing-masing terjajar ke belakang. Darah Pangeran Nata di Rja seolah tersendat karena bentrokan pukulan tadi, sedangkan manusia bertopeng meringis menahan sakit memegangi tangannya yang beradu tinju. Melihat peluang itu sang pangeran segera mengeluarkan jurus andalannya. Tangannya berubah menjadi hijau pekat seperti lumut.

“Pukulan Racun Putri Hijau” kata manusia bertopeng tercekat.

Secepat kilat, tangan sang Pangeran menghantam. Selarik sinar hijau menyilaukan mata melabrak kea rah manusia bertopeng. Tak ada waktu untuk menghindar. Namun tiba-tiba dengan kecepatan kilat, manusia bertopeng mencabut keris yang disarungkan di pinggang belakangnya. Sinar keemasan menyeruak menghadang sinar hijau.

“Bummmm’
“Bummmm”
“Bummmm”
Ledakan dahsyat membuat benteng Fort York bergetar hebat. Pangeran Nata di Raja mencelat mental dan muntahkan darah segar. Sedangkan manusia bertopeng terjatuh ke bawah namun masih bisa menjejak bumi. Mukanya pucat seolah tak berdarah. Pangeran Nata di Raja berdiri. Hatinya tercekat melihat keris yang berada di tangan manusia bertopeng.

“Keris Liku Sembilan!!”
Manusia bertopeng tertawa
“Benar Nata di Raja, kau boleh bangga memiliki jurus kebal Rago, tapi kau tentu terkejut melihat keris ini bukan ? satu-satunya senjata yang bisa membunuhmu”
“Darimana kau mendapatkannya, Pencuri ?!”
“Tak perlu kau tahu Nata di Raja, karena keris ini sudah haus akan darahmu”

Kembali pertempuran berlangsung. Pangeran Nata di Raja mengeluarkan semua kekuatan dan kemampuan yang ia miliki. Namun sayang, keris sakti tersebut seolah menekan tenaga dalamnya. Manusia bertopeng dalam satu gerakan berhasil memnbuka pertahanan Pangeran. Dalam gerakan yang disebut “Akar Mengujam tanah” ia berhasil mendesak hebat Pangeran dan…..
“Crasss”

Keris menusuk dada sang Pangeran tua dengan dalam. Sang Pangeran memekik. Ilmu kebal Ragonya hilang. Darah mengucur deras. Tangan kiri sang Pangeran sempat melepaskan topeng sang pembunuh.
“Kau…..!”

Hanya itu yang terdengar dari mulutnya setelah itu ia rebah ke tanah bermandikan darah. Serdadu Inggris segera menyerbu tubuh tak bernyawa sang Pangeran. Ada yang menembak ada yang mencincangnya. Hujan deras pun turun membasahi benteng itu.***

 

Halaman:

Editor: Iyud Dwi Mursito


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x