Huru-hara Berdarah di Benteng Kematian (Bagian 1)

- 18 Mei 2022, 11:11 WIB
Ilustrasi huru-hara berdarah benteng Kematian
Ilustrasi huru-hara berdarah benteng Kematian /


Komandan serdadu memberikan aba-aba dengan tangan terangkat. Ketika tangan di gerakkan dengan cepat ke bawah, letusan puluhan senapan memenuhi udara. Asap mesiu segera mengepung tempat itu. Untuk sesaat tak ada suara. Namun sesaat kemudian..
“Crasss”

Komandan pasukan menjerit keras. Kepala anak buahnya yang berdiri di depannya tertebas benda amat tajam dan menggelinding di tanah. Melihat ke depan ia melengak kaget. Pangeran Nata di Raja dan sang adik yang ia kira telah tewas tertembak ternyata tidak cidera sama sekali. Hanya baju mewah mereka yang sobek diterjang peluru. Pertempuran masih berlanjut dahsyat dengan jumlah tak seimbang.


Di tengah berkecamuknya perang sekelebat bayangan hitam masuk dalam pertempuran. Satu serangan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi menyerang ke arah pangeran Nata di Raja. Sang Pangeran yang berkepandaian silat tinggi ini merasakan desiran angin halus dari samping.

Kakinya segera saja dihentakkan ke tanah tubuhnya melenting tinggi hingga pukulan tersebut memapas angin kosong. Jurus yang dikeluarkan sang pangeran ini bernama jurus “Bangau Melompek air tepercik”.

Dari atas ia dapat melihat sesosok tubuh berjubah hitam. Ia segera pula menyerang dengan pukulan “Angin puting beliung”. Angin yang kencang dan dahsyat membuat dua serdadu terpental. Yang diserang malah enak-enakan saja mengebutkan jubahnya.

“Des…. Des”
Pangeran Nata di Raja melengak kaget. Jarang ada lawan yang bisa lolos dari pukulan “Angin puting beliung” tersebut. Namun lawan yang satu ini dapat dengan mudah mematahkan serangannya. Ini menandakan orang bertopeng tersebut adalah orang yang memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi.

“Kanda Awas…….!” Adik pangeran berteriak mengingatkan. Namun terlambat, satu pukulan tepat menghantam kepala sang Pangeran tua tersebut. Tubuhnya mencelat lima tombak ke muka. Sang adik yang melihat tubuh kakaknya terkena hantaman mematikan tersebut, segera mencecar orang bertopeng tersebut dengan jurus-jurus pedang yang mematikan.

Dua jurus orang bertopek terdesak. Namun memasuki jurus ketiga justru adik pangeran Nata di Raja yang terdesak. Setelah bertempur selama hampir sepuluh jurus, walau adik sang Pangeran bersenjata namun manusia bertopeng itu justru berhasil mendesaknya dengan hebat.
“Bukkk”

Satu pukulan keras tepat menghantam perutnya. Adik pangeran mengeluh seperti kerbau dipotong. Tubuhnya melosoh ke tanah tak sadarkan diri. Manusia bertopeng tersenyum senang, dua orang pangeran berhasil ia taklukkan dengan mudah.

Namun alangkah kagetnya manusia bertopeng dan orang yang ada disana, tubuh Pangeran Nata di Raja yang jelas-jelas tadi kena hantaman pukulan manusia bertopeng ternyata tidak ada di tempatnya rebah.

Halaman:

Editor: Iyud Dwi Mursito


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x