Polri Sebut Tidak Ada Korban Tragedi Kanjuruhan yang Meninggal Akibat Gas Air Mata

- 11 Oktober 2022, 22:58 WIB
Polisi Menembakkan Gas Air Mata Kearah Tribun Penonton di Stadion Kanjuruhan
Polisi Menembakkan Gas Air Mata Kearah Tribun Penonton di Stadion Kanjuruhan /pikiranrakyat/ikobengkulu.com

IKOBENGKULU.COM – Sebanyak 132 orang tewas dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022 lalu. Kekacauan terjadi usai laga Arema vs Persebaya Surabaya yang berakhir dengan kemenangan Persebaya 3-2.

Kemudian dua orang suporter Arema turun ke lapangan untuk menemui pemain Arema, namun kemudian mendapatkan pengamanan ekstra dari aparat kepolisian yang bertugas.

Hingga kemudian Aremania julukan suporter Arema yang turun semakin banyak, hingga raturan bahkan ribuan orang. Kondisi ini membuat aparat kalah jumlah hingga menembakkan gas air mata kearah suporter, bukan hanya di dalam lapangan namun juga ke tribun penonton.

Akibatnya, suporter yang panik berusaha menghindar dan keluar namun apalah daya. Pintu keluar yang terbatas tersebut masih dalam kondisi terkunci. Hingga banyak yang terjebak dan terinjak-injak hingga meninggal dunia.

Baca Juga: Buntut Kerusuhan di Kanjuruhan, Kapolda Jatim Dicopot

Mayoritas suporter mengeluhkan sesak nafas, mata perih hingga ruam di kulit karena tembakan gas air mata.

Namun, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan berdasarkan pernyataan para ahli, tidak satu pun korban meninggal dunia ataupun luka-luka dalam tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, disebabkan gas air mata.

Menurut Dedi, pernyataan tersebut mengutip dari sejumlah ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban. Mereka terdiri dari para dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan spesialis penyakit mata.

“Tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata,” ungkap Dedi di Mabes Polri, Senin, 10 Oktober 2022 lalu.

Menurutnya, berdasarkan pendalaman para ahli, para korban tewas dalam insiden Kanjuruhan akibat kekurangan oksigen. Para korban kekurangan oksigen karena berdesakan di pintu keluar stadion.

“Di dalam gas air mata tidak ada toksin atau racun yang mengakibatkan matinya seseorang,” dalihnya.

Mirisnya lagi,  ia mengakui bahwa sejumlah gas air mata yang digunakan aparat saat mengendalikan massa di Stadion Kanjuruhan telah kedaluwarsa atau melewati batas masa guna.

Namun, menurut Dedi gas air mata yang telah kedaluwarsa justru mengalami penurunan darisegi fungsi. Karena itu, fungsi gas air mata yang telah kedaluwarsa justru bisa tak lagi efektif.

“Kalau gas air mata hanya menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan pernafasan,” pungkasnya di hadapan para wartawan. ***

 

Editor: Buyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x