Cerita Suami yang Istrinya Ditandu Saat Melahirkan, Beda Waktu Kelahiran Anaknya 36 Jam

15 Mei 2023, 10:40 WIB
Sardama dan Erah Menggendong Anak Kembarnya Saat Ditemui di Rumah Orang Tua Angkatnya /Ikobengkulu.com/Pikiran Rakyat

IKOBENGKULU.COM - Seorang ibu muda yang melahirkan dan ditandu hingga 5 jam perjalanan kaki, Erah (34) warga Trans Bukit Merbau Desa Bukit Batu Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ternyata memiliki kisah yang sangat memperihatinkan dan diluar nalar manusia.

Hal itu diceritakan oleh Sardama (39) didampingi Erah (34) saat ditemui di rumah orang tua angkatnya di Desa Belumai 1 Kecamatan Padang Ulak Tanding, Naidi (63) dan Arina Manasikana (56).

Kisah itu diawali dari kehamilan Erah yang tidak pernah melakukan pemeriksaan USG karena keterbatasan fasilitas kesehatan di tempat tinggalnya yang hanya ada bidan desa, dan jalan keluar trans yang sangat rusak.

Sehingga pada saat kontraksi pada hari Minggu, 7 Mei 2023 sore ia langsung menghubungi bidan desa tersebut. Ternyata ia sedang berada diluar trans sehingga disarankan meminta tolong rekan-rekan bidan lainnya. Namun karena jarak dan akses jalan tidak ada yang bisa datang menjelang malam itu.

Baca Juga: Pilu, Wanita Melahirkan di Rejang Lebong Harus Ditandu Selama 5 Jam Lewati Jalan Rusak

"Karena tidak ada bidan maka saya meminta bantuan dukun beranak disana hingga akhirnya lahirlah anak perempuan saya itu pukul 01.30 WIB Senin dini hari," kata Sardama.

Setelah lahir ternyata perut Erah masih nampak besar dan keras namun tidak ada reaksi dari dalam. Karena penasaran maka ditunggu hingga sekitar 1 jam baru ada gerakan lagi yang menandakan masih ada 1 orang bayi lagi di dalam perut Erah.

Sardama pun panik, karena hari masih gelap dan tidak ada kontraksi dari bayi. Sedangkan bayi perempuannya masih dalam kondisi tali pusar belum di potong karena pertimbangan keselamatan.

Pagi harinya, Sardama menghubungi tetangga dan orang-orang yang berangkat ke kebun untuk membantu menandu istrinya ke Desa Bukit Batu. Karena membutuhkan banyak orang, hingga akhirnya tandudari kayu, kain dan karpet selesai dibuat.

Baca Juga: Tumbangkan Espanyol, Barcelona Kunci Gelar Juara La Liga Musim Ini

Kemudian pada hari Selasa, 9 Mei 2023 pukul 07.00 WIB sekitar 50 orang warga gotong royong menandu Erah keluar dari Trans Bukit Merbau menuju Desa Bukit Batu.

Sejak lahir hingga di perjalanan menggunakan tandu tersebut anak perempuan yang sudah lahir tersebut masih dalam kondisi tali pusar belum di potong dan masih berada diantara kaki ibunya.

"Jadi bayi itu belum dimandikan atau minum susu ibunya. Awalnya hanya air putih saja, kemudian ada tetangga kebetulan punya anak bayi. Terus dikasih susu formula anak itu. Jadi selama ditandu anak perempuan kami ini bukan di gendong tapi diantara kaki ibunya," ceritanya pilu.

Baru sekitar pukul 11 kemudian mereka tiba di Desa Bukit Batu lalu dibawa menggunakan mobil pikap ke Puskesmas Padang Ulak Tanding.

Disinilah tali pusar anak perempuan ini dipotong secara medis dan dibersihkan. Lalu karena keterbatasan peralatan sang ibu dirujuk ke RSUD Musirawas dr Sobirin di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Sekitar pukul 13.30 WIB lahirlah secara normal bayi keduanya berjenis kelamin laki-laki dengan selamat.

Yang membuat takjub adalah meskipun kembar, kedua bayi ini harus berbeda waktu kelahiran hingga 36 jam akibat keterbatasan sarana kesehatan dan akses jalan menuju fasilitas kesehatan.

Kini, kedua anak kembar itu sudah diberinama, Rohmi Hidayati untuk anak perempuan dan Rohmad Hidayat untuk anak laki-laki.

"Sekarang kami masih disini (Belumai I) dulu sampai istri saya ini benar-benar kuat untuk berjalan kaki jauh. Karena kalau pakai motor juga sulit, harus pakai motor khusus dengan roda dirantai. Kalau bawa bayi susah, malah lebih berbahaya lagi," pungkasnya.

Ia berharap Pemerintah Daerah Rejang Lebong bisa memperbaiki jalan kearah Trans Bukit Merbau agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. ***

Editor: Iyud Dwi Mursito

Tags

Terkini

Terpopuler