Network
IKOBENGKULU.COM - Selama Oktober 2023, isu-isu politik, khususnya yang berkaitan dengan pemilihan umum, mendominasi perbincangan publik di Indonesia. Fokus utama perhatian adalah putusan Mahkamah Konstitusi tentang batasan umur calon, pengumuman resmi Menkopolhukam Mahfud MD sebagai cawapres mendampingi Ganjar Pranowo, dan keputusan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi, untuk menjadi cawapres bersama Prabowo Subianto. Perbincangan tentang isu-isu ini di media sosial hampir mencapai 900 ribu.
Namun, di tengah banyaknya diskusi, beberapa isu mengandung misinformasi dan disinformasi, termasuk serangan terhadap kandidat dan penyelenggara pemilu, seperti kabar bohong tentang tidak adanya debat capres-cawapres dan desain surat suara yang menyesatkan.
Menurut Irna Gustiawati, Pemimpin Redaksi Liputan6.com, dalam diskusi bulanan Koalisi Cek Fakta, meskipun banyak hoaks yang muncul, belum ada yang berpotensi menimbulkan permusuhan atau persekusi terhadap kelompok minoritas.
Baca Juga: Ini Alasan Dukungan Yenny Wahid dan Gusdurian untuk Pasangan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024
Irna menambahkan, upaya media dan pemeriksa fakta dalam memerangi hoaks saat ini lebih efektif, dengan verifikasi data dan fakta yang sistematis melalui berbagai platform.
Kesadaran netizen dan masyarakat akan risiko memproduksi atau menyebarkan hoaks juga meningkat.
Namun, Irna mengingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi dampak buruk dari hoaks yang bisa muncul selama masa kampanye atau putaran kedua pemilu.
