lbu Umar pulang menyampaikan amanat Raja kepada anaknya. Mendengar cerita ibunya bukan main gembira hati Umar, walaupun ada perjanjian yang cukup berat padanya.
Pada esok harinya pergilah Umar ke rumah calon tunangannya. Tiba di sana ia menghadap, dan Raja berkata, “Besok pagi engkau sudah mulai melakukan pekerjaan. Kita ada mempunyai sebidang sawah. Bajaklah sawah itu, nanti kalau berhasil adalah buat kita semua”.
Baca Juga: Cerita Rakyat Daerah Bengkulu – Asal-usul orang Lembak di Bengkulu
Pagi-pagi benar Umar bangun dari tidurnya, cepat-cepat ia bersiap untuk pergi ke sawah dan membawa seekor kerbau. Tiba di sawah, dibajaknyalah sawah itu tiga garis. Kemudian ia berhenti, karena sudah haus dan lapar. Rupanya terlalu letih, akhimya ia tertidur. la tebangun hari sudah sore, la berkemas pulang dan berkata dalam hatinya, “Jangankan nasi, air pun tak diberikan oleh Raja”.
Tiba di rumah dengan muka masam, Umar memasukkan kerbau ke dalam kandangnya. Rupanya Raja selalu memperhatikan tingkah laku si Umar. Lalu Umar dipanggilnya, sambil bertanya, “Hai Umar, kau marah ya?”.
Jawab Umar, “Siapa saja pasti marah, mana mungkin orang yang payah bekerja tak diantari air minum dan nasi, tidak marah?”. Mendengar jawaban itu bukan main geramnya Raja, “Kalau begini engkau harus dijual, buat dijadikan budak”, Kata Raja itu.
Maka dijuallah Umar kepada orang yang memerlukan budak. Pada masa itu memperjual belikan orang masih berlaku.
Beberapa hari kemudian berkatalah adiknya Umar kepada ibunya agar melamar putri raja. Akan tetapi begitu juga akhirnya sampai berturut-turut enam bersaudara habis terjual semuanya. Hanya saja yang masih tinggal bersama ibunya adalah adiknya yang paling bungsu bernama Gulap.
Sekarang Gulap sudah dewasa, ia pun bermohon kepada ibunya untuk melamar putri raja. maka pergilah ibunya, untuk menemui permintaan anaknya. Rupanya Raja tak pernah menolak, asal saja menyanggupi memenuhi perjanjiannya.
Maka mulai saat itulah, Gulap pergi menghadap Raja. Raja berkata pada Gulap, “Hai Gulap, besok pagi engkau pergi ke sawah. Bawalah kerbau dan bajaklah sawah itu sampai di mana kemampuanmu”. “Baiklah”, Jawab Gulap.