Teori yang dimaksud ialah, pengaruh Adenovirus pada penyintas Covid-19, Leptospirosis, hingga campuran dietilen glikol dan etilen glikol pada bahan pelarut obat sirup yang mengandung paracetamol. Hal tersebut yang diduga sebagai pemicu kematian balita di Gambia, Afrika.
“Pelajaran kasus di Gambia, kandungan etilen glikol di pelarut obat batuk sirup banyak memicu kejadian gangguan ginjal akut. Saat itu disetop, kasusnya menurun,” ucap Piprim.
Dengan adanya laporan tersebut, IDAI sebagai organisasi yang mewadahi dokter spesialis anak di Indonesia memiliki tanggung jawab dalam memberikan perlindungan yang maksimal bagi anak dari segala risiko penyakit.
Salah satunya ialah, memberikan edukasi kepada masyarakat untuk merasionalkan penggunaan obat, serta membiasakan diri untuk berkonsultasi dengan dokter terkait konsumsi obat.
Dengan memberikan informasi seperti yang terjadi di Gambia, masyarakat diharapkan dapat lebih waspada dan tidak asal dalam memberikan obat pada anak.
Baca Juga: Politik Uang pada Pemilu 2024 Sulit Dihindari Selama Pendapatan Perkapita Masih Rendah
“Kalau IDAI adalah kewaspadaan dini. Kasus gangguan ginjal akut yang tidak selamat juga banyak. Apa pun yang ada kecurigaan, harus waspada,” ujarnya.
Piprim mengatakan, bahwa pihaknya tidak memiliki kapasitas untuk menyetop penggunaan obat. Namun, ia dan pihaknya hanya bisa dengan memberikan anjuran pada masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi obat, termasuk pada anak-anak.
Ia menyarankan apabila anak mendapati gejala demam, maka jangan langsung memberikan obat, sebab demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengusir virus.