Hari Gajah Sedunia 2023: Konsorsium Bentang Alam Selamatkan Habitat Gajah Sumatra

13 Agustus 2023, 16:35 WIB
Memperingati Hari Gajah Sedunia 2023, Konsorsium Bentang Alam yang terdiri dari Kanopi Hijau Indonesia, Lingkar Inisiatif Indonesia, dan Genesis Bengkulu mengadakan kegiatan Elephant Camp di lapangan wisata Desa Suka Baru, Kecamatan Marga Sakti, Kabupaten Bengkulu Utara, 12-13 Agustus 2023/Kanopi/ /


IKOBENGKULU.COM - Memperingati Hari Gajah Sedunia 2023, Konsorsium Bentang Alam yang terdiri dari Kanopi Hijau Indonesia, Lingkar Inisiatif Indonesia, dan Genesis Bengkulu mengadakan kegiatan Elephant Camp di lapangan wisata Desa Suka Baru, Kecamatan Marga Sakti, Kabupaten Bengkulu Utara pada tanggal 12-13 Agustus 2023.

Para peserta kegiatan ini berasal dari berbagai daerah di Provinsi Bengkulu dan melibatkan mahasiswa, pegiat lingkungan, dan komunitas dengan tema "Sekarang atau Tidak Sama Sekali, Bentang Seblat untuk Masa Depan". Kegiatan ini mencakup serangkaian acara seperti sarasehan, aksi teatrikal, traktir gajah, dan hiburan.

Erin Dwiyanda, Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan Kanopi Hijau Indonesia, menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi publik dalam upaya penyelamatan Bentang Alam Seblat, yang merupakan habitat alami gajah Sumatera tersisa di Provinsi Bengkulu.

"Kegiatan industri ekstraktif dan tindakan destruktif lainnya menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan habitat ini", katanya.

Erin juga menyoroti adanya ancaman dari penerbitan izin tambang batu bara oleh PT Inmas Abadi di habitat gajah di Bentang Seblat. "Penggunaan lahan tanpa izin, seperti pembalakan dan perambahan, semakin mengancam ekosistem dan populasi gajah yang tersisa", cetusnya.

Memperingati Hari Gajah Sedunia 2023, Konsorsium Bentang Alam yang terdiri dari Kanopi Hijau Indonesia, Lingkar Inisiatif Indonesia, dan Genesis Bengkulu mengadakan kegiatan Elephant Camp di lapangan wisata Desa Suka Baru, Kecamatan Marga Sakti, Kabupaten Bengkulu Utara 12-13 Agustus 2023/kanopi/

Ali Akbar, Penanggung Jawab Konsorsium Bentang Alam Seblat, menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi kawasan Bentang Alam Seblat yang semakin terancam.

Ia menegaskan perlunya pengetatan pengawasan terhadap populasi gajah dan agenda penegakan hukum untuk mencegah pembukaan lahan baru di dalam kawasan hutan.

"Kami menyatakan bahwa garda terdepan penyelamatan satwa dan habitatnya berada di tangan komunitas, sebagai penjamin keseimbangan ekologis. Peran aktif komunitas untuk melaporkan kejahatan kehutanan dan satwa menjadi hak yang penting untuk dilaksanakan."

Partisipasi komunitas menjadi kunci dalam upaya penyelamatan, dan kegiatan "Elephant Camp" ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak.

Baca Juga: Program PMM UNIB: 74 Mahasiswa dari Berbagai Perguruan Tinggi Ikuti Pertukaran di Bumi Rafflesia

Mahasiswa seperti Aza Khiatun Nisa dari Universitas Gajah Mada, yang juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini, mengatakan, "Tema yang diangkat dalam kegiatan ini begitu mencekam seakan kita sedang berteriak pada korporasi, ada ganeshasentris dalam ekosentris. Korporasi yang menyengsarkan banyak elemen, jadi kita harus rapatkan barisan, mengikat lebih erat untuk menyelamatkan Bentang Seblat."

Bentang Seblat memiliki fungsi penting sebagai penyangga sumber penghidupan komunitas dan habitat bagi satwa seperti gajah Sumatera, yang merupakan spesies dilindungi dan terancam punah.

Dukungan luas diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekologis dan keberlanjutan alam ini. Saat ini, populasi gajah yang tersisa di Bentang Alam Seblat diperkirakan hanya sekitar 40-50 ekor. (erin)

Editor: Iyud Dwi Mursito

Tags

Terkini

Terpopuler