Kehilangan Habitat Hingga 6.358 Ha, Gajah Sumatera di Bengkulu Menuju Kepunahan

- 12 Agustus 2022, 17:09 WIB
Kehilangan Habitat Hingga 6.358 Ha,  Gajah Sumatera di Bengkulu Menuju Kepunahan
Kehilangan Habitat Hingga 6.358 Ha, Gajah Sumatera di Bengkulu Menuju Kepunahan /Kanopi

Namun itu tidak cukup untuk mempertahankan keselamatan gajah dan habitatnya akibat pemburuan dan kerusakan habitat dikarenakan aktivitas perusahaan kayu dan pembukaan lahan perkebunan.

Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan terdapat tiga korporasi yang beraktivitas dalam wilayah dan sekitar Bentang Alam Seblat yang ikut serta dalam Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Bentang Alam Seblat yang tercantum dalam SK Gubernur No. S497/DLHK 2017 yang terdiri dari PT Alno Agro Utama danPT Anugrah Pratama Inspirasi. Menurut Ali, hadirnya korporasi di dalam forum seharusnya semakin memperkuat perlindungan dan pengawasan terhadap Bentang Alam Seblat.

 Kerusakan pada Bentang Alam seblat tetap tidak terbendung sehingga hanya dalam kurun waktu tidak genap tiga tahun
Kerusakan pada Bentang Alam seblat tetap tidak terbendung sehingga hanya dalam kurun waktu tidak genap tiga tahun kanopi

Namun sayangnya kerusakan pada Bentang Alam seblat tetap tidak terbendung sehingga hanya dalam kurun waktu tidak genap tiga tahun, tutupan hutan alami bentang alam seblat yang merupakan habitat kunci gajah Sumatera di Bengkulu hilang seluas 6.358,00 ha.

"Padahal gajah sebagai satwa payung memiliki fungsi ekologis penting sebagai penjamin kekayaan keragaman hayati tetapi di sisi lain dengan pendekatan populasi pertumbuhannya sangat lambat", katanya.


Dengan kata lain kata Ali, laju kepunahan tidak sebanding dengan laju reproduksi sementara di sisi lain ancaman keselamatan satwa yang disebabkan persepsi gajah sebagai satwa pengganggu dan kepedulian dari para pihak juga masih rendah, maka sangat wajar gajah Sumatera di Bentang Alam Seblat dan wilayah lain di Sumatera menuju era kepunahan.
Perwakilan konsorsium lainnya yang juga Direktur Lingkar Inisiatif, Iswadi mengungkapkan dari patroli yang dilakukan oleh tim, ancaman terhadap habitat gajah selalu ditemukan di setiap kawasan hutan yang didatangi.

Menurutnya, perlu keseriusan oleh para pihak untuk menjaga keselamatan gajah seperti dari pemangku kepentingan antara lain dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK). Tak hanya pihak pemangku kepentingan saja, tetapi Pemegang izin IUPHK-HA pada kawasan Bentang Alam Seblat juga bertanggung jawab menjalankan fungsinya untuk perlindungan dan pengawasan.

Dialog publik dengan tema Pastikan Aku, Kamu, Kita dan Gajah Selat dirumahnya. Tema ini merupakan turunan dari tema hari gajah sedunia yakni Asa Untuk Gajah.
Dialog publik dengan tema Pastikan Aku, Kamu, Kita dan Gajah Selat dirumahnya. Tema ini merupakan turunan dari tema hari gajah sedunia yakni Asa Untuk Gajah. Kanopi

Iswadi mengatakan kehilangan habitat otomatis akan berdampak pada kelangsungan hidup spesies di wilayah ini, termasuk gajah Sumatera dan satwa lainnya. Salah satunya akibat kehilangan habitat maka perburuan liar terhadap gajah juga semakin mudah dilakukan karena gajah telah terpisah dalam kelompok kecil.

Kondisi gajah yang hidup berkelompok dan terpisah juga berbahaya bagi kelangsungan populasi gajah tersebut karena berpotensi mengalami perkawinan satu kelompok yang membuat secara genetik menjadi lemah.

“Kehilangan habitat ini juga membuat sulit juga mendapatkan pakan, karena itu bertepatan dengan peringatan Hari Gajah Sedunia pada 12 Agustus 2022 ayo berkontribusi pada kelangsungan hidup gajah Sumatera dng berdonasi untuk pengadaan pakan gajah jinak di PLG Seblat,” katanya.

Halaman:

Editor: Iyud Dwi Mursito


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x