BPS: Konsumsi Kalori Perhari Penduduk Bengkulu di Bawah Standar Kecukupan  

- 4 April 2022, 01:23 WIB
Makanan yang bergizi untuk sahur
Makanan yang bergizi untuk sahur /Burst photo

 

IKOBENGKULU.COM-Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi, yang dihitung berdasarkan besar kalori dan protein yang dikonsumsi.
Besarnya konsumsi kalori dan protein dihitung dengan mengalikan kuantitas setiap makanan yang dikonsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan protein setiap jenis makanan, kemudian hasilnya dijumlahkan.

Tingkat kecukupan gizi adalah salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk, tingkat kecukupan gizi dapat dihitung dari besarnya kalori dan protein yang dikonsumsi oleh penduduk.

Untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia per kapita per hari digunakan standar yang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia adalah 2.150 kkal dan 57 gram protein.

Dilansir ikobengkulu.com dari BPS Provinsi Bengkulu, secara rata-rata konsumsi kalori perkapita perhari penduduk Provinsi Bengkulu pada Maret 2020 sebesar 2.107,27 kkal.

"Kondisi ini berada sedikit di bawah standar kecukupan konsumsi kalori nasional. Sedangkan konsumsi protein perkapita perhari sebesar 59,30 gram yang sudah berada di atas standar kecukupan protein nasional," kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal, dalam pres realisnya di bengkulu.bps.go.id, Jum'at 1 April 2022.

Konsumsi Kalori dan Protein pada Tingkat Provinsi

Rata-rata konsumsi kalori penduduk Bengkulu pada 2021 sudah cukup baik, yaitu sebesar 2.124,59kkal perkapita perhari. Demikian juga rata-rata konsumsi protein yang telah mencapai 58,90 gram protein perkapita perhari.

Apabila dibandingkan menurut tipe daerah, terlihat bahwa rata-rata konsumsi kalori penduduk perkotaan sebesar 2.010,82 kkal. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan konsumsi kalori penduduk perdesaan (2.180,86 kkal).

"Meskipun demikian, rata-rata konsumsi protein di perkotaan justru sebaliknya, lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan yaitu 59,25 gram berbanding 58,73 gram," katanya.

Data tentang porsi zat gizi yang dikonsumsi penduduk dan berasal dari makanan jadi, dipisahkan dengan konsumsi dari makanan dan minuman yang disiapkan (dimasak) di rumah karena
perubahan porsi makanan jadi mungkin mengindikasikan perubahan pola konsumsi yang berkaitan dengan proses modernisasi.

"Konsumsi kalori dan protein dari makanan/minuman jadi penduduk di perkotaan (388,85 kkal dan 12,49 gram protein) lebih tinggi dari penduduk di perdesaan (40,24 kkal dan 9,26 gram protein)," katanya.

Jika dilihat proporsinya, Tabel 3.1 menunjukkan porsi konsumsi kalori makanan dan minuman jadi terhadap total konsumsi kalori penduduk di perkotaan (19,34 persen) lebih besar dibandingkan porsi makanan dan minuman jadi penduduk di perdesaan (15,60 persen).

Gambaran yang sama juga terjadi pada konsumsi protein. Porsi konsumsi protein dari makanan jadi di perkotaan mencapai 21,08 persen sedangkan di perdesaan 15,76 persen terhadap total konsumsi protein.

Pada tahun 2020, rata-rata konsumsi kalori penduduk Bengkulu sebesar 2.107,27, sedangkan 2021 sebesar 2.124,59 kkal (naik sebesar 17,32 kkal).

Bebeda halnya dengan kalori, rata-rata konsumsi protein mengalami sedikit penurunan. Pada 2020 rata-rata konsumsi protein penduduk Bengkulu sebesar 59,30 gram, kemudian turun sebesar 0,39 gram pada 2021 menjadi 58,90 gram.

"Kenaikan konsumsi kalori dan protein terjadi di sebagian besar komoditas. Kenaikan konsumsi kalori terbesar terjadi pada komoditas padi-padian yaitu sebesar 16,41 kkal," jelasnya.

Sementara itu, konsumsi kalori turun paling besar pada komoditas makanan dan minuman jadi (-27,08 kkal).

Selain makanan dan minuman jadi, komoditas lain yang mengalami penurunan konsumsi kalori antara lain ikan/udang/cumi/kerang, telur dan susu, dan buah-buahan.

Konsumsi protein secara umum sejalan dengan kalori, kenaikan konsumsi terbesar ada pada komoditas padi-padian, sedangkan komoditas yang tidak mengalami kenaikan konsumsi protein
antara lain ikan/udang/cumi/kerrang, telur dan susu, buah-buahan, serta makanan dan minuman jadi.

Rata-rata konsumsi kalori pada beras/beras ketan dan minyak goreng lebih tinggi dibandingkan bahan makanan lainnya yaitu masing-masing sebesar 883,54 kkal dan 250,82 kkal. Konsumsi kalori pada ikan dan udang segar lebih tinggi dibandingkan dengan ikan dan udang.

Sementara itu konsumsi kalori pada daging ayam ras/kampung juga lebih tinggidibandingkan daging sapi/kambing.
konsumsi protein tertinggi pada beras/beras ketan, sebesar 20,95 gram.

Pada bahan makanan yang mengandung protein hewani (ikan, daging, telur, dan susu), konsumsi protein tertinggi adalah ikan dan udang segar sebesar 7,07 gram.

Sementara itu, konsumsi protein pada tahu dan tempe (sumber protein nabati) cukup tinggi yaitu sebesar 1,60 gram dan 2,06 gram.***

 

 

Editor: Iyud Dwi Mursito

Sumber: BPS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah