Cerita Rakyat Daerah Bengkulu - Putri Anak Tujuh

24 Mei 2022, 13:13 WIB
Ilustrasi Cerita Rakyat mengisahkan Raja Brawijaya V yang tersebar di seluruh rakyat Jawa. /Youtube Memisahkan Fakta dari Cocoklogi Seputar Prabu Brawijaya

IKOBENGKULU.COM – Cerita rakyat Putri Anak Tujuh ini menceritakan tentang buah kesabaran. Cerita ini secara turun temurun diceritakan sebagai pelajaran untuk tetap bersabar dalam keadaan apapun.

Berikut ini cerita Putri Anak Tujuh.

Di satu daerah tinggallah seorang putri yang mempunyai anak tujuh orang. Ketujuh orang anak itu laki-laki semuanya. Keadaan hidup mereka agak melarat. Makan petang dicari pagi, makan pagi dicari petang. Begitulah keadaan hidup mereka.

Baca Juga: Cerita Rakyat Daerah Bengkulu - Alim Murtad

Pada suatu hari, berkatalah anaknya yang paling tua bernama Umar kepada ibunya. “Ibu Aku ini sudah cukup dewasa. Carikanlah jodoh buatku, agar nanti bisa membantu ibu”.

Jawab ibunya, “Kepada siapakah yang engkau maksudkan anakku?”. “Aku telah menaruh hati kepada putri Raja, tolonglah ibu tanyakan padanya”. Kata ibunya, “Hai anakku, tidakkah engkau sadar bahwa kita ini adalah orang miskin, mana mungkin ia menerima lamaranku nanti?”. Anaknya berkata lagi “Cobalah ibu tanyakan dulu, kalau ia menolak aku, tak akan menyesal”.

Maka pergilah ibunya ke rumah Raja. Tiba di sana ibunya duduk di depan pintu masuk. Tak lama kemudian Raja keluar sambil menegur perempuan itu "Apa maksudmu datang kemari?”. Jawab lbu Umar, “Aku ingin berbicara dengan Raja. Maksudku datang kemari ingin meminang anak Tuan”.

“Oh, kalau begitu baiklah”, Jawab Raja. “Asal anakmu sanggup berjanji tidak boleh jadi orang pemarah, kalau ia marah atau menampakkan muka yang masam ia akan dijual”.

“Kalau begitu baiklah Tuan”, Kata ibu Umar.

lbu Umar pulang menyampaikan amanat Raja kepada anaknya. Mendengar cerita ibunya bukan main gembira hati Umar, walaupun ada perjanjian yang cukup berat padanya.

Pada esok harinya pergilah Umar ke rumah calon tunangannya. Tiba di sana ia menghadap, dan  Raja  berkata,  “Besok pagi engkau sudah mulai melakukan pekerjaan. Kita ada mempunyai sebidang sawah. Bajaklah sawah itu, nanti kalau berhasil adalah buat kita semua”.

Baca Juga: Cerita Rakyat Daerah Bengkulu – Asal-usul orang Lembak di Bengkulu

Pagi-pagi benar Umar  bangun  dari  tidurnya,  cepat-cepat  ia bersiap untuk pergi ke sawah dan  membawa seekor kerbau. Tiba di sawah, dibajaknyalah sawah itu tiga garis. Kemudian ia berhenti, karena sudah haus dan lapar. Rupanya terlalu letih, akhimya ia tertidur. la tebangun hari sudah sore, la berkemas pulang dan berkata dalam hatinya, “Jangankan nasi, air pun tak diberikan oleh Raja”.

Tiba di rumah dengan muka masam, Umar memasukkan kerbau ke dalam kandangnya. Rupanya Raja selalu memperhatikan tingkah laku si Umar. Lalu Umar dipanggilnya, sambil bertanya, “Hai Umar, kau marah ya?”.

Jawab Umar, “Siapa saja pasti marah, mana mungkin orang yang payah bekerja tak diantari air minum dan nasi, tidak marah?”. Mendengar jawaban itu bukan main geramnya Raja, “Kalau begini engkau harus dijual, buat dijadikan budak”, Kata Raja itu.

Maka dijuallah Umar kepada orang yang memerlukan budak. Pada masa itu memperjual belikan orang masih berlaku.

Beberapa hari kemudian berkatalah adiknya Umar kepada ibunya agar melamar putri raja. Akan tetapi begitu juga akhirnya sampai berturut-turut enam bersaudara habis terjual semuanya. Hanya saja yang masih tinggal bersama ibunya adalah adiknya yang paling bungsu bernama Gulap.

Sekarang Gulap sudah dewasa, ia pun bermohon kepada ibunya untuk melamar putri raja. maka pergilah ibunya, untuk menemui permintaan anaknya. Rupanya Raja tak pernah menolak, asal saja menyanggupi memenuhi perjanjiannya.

Maka mulai saat itulah, Gulap pergi menghadap Raja. Raja berkata pada Gulap, “Hai Gulap, besok pagi engkau pergi ke sawah. Bawalah kerbau dan bajaklah sawah itu sampai di mana kemampuanmu”. “Baiklah”, Jawab Gulap.

Pagi-pagi sekali Gulap telah pergi ke sawah. Tiba di sawah di bajaknya sawah itu tiga garis. Kemudian ia tidur hingga hari petang sampai mata hari terbenam ia pulang.

Tiba di rumah, Raja bertanya padanya, “Hai Gulap, mengapa muka kamu merah, apakah kau marah?”.

Jawab Gulap, “Saya tidak marah, muka saya tampaknya merah, maklum saja bekerja di tengah panas terik.”

Kata Tuan Raja pada Gulap, “Nah besok, kau teruskan pekerjaanmu di sawah”. “Baiklah tuan”, Jawab Gulap.

Baca Juga: Kalender Kata-Kata Bijak ‘24 Mei’

Besok paginya Gulap pergi lagi ke sawah. Tiba di sawah di kerjakannya lagi tiga garis. Kemudian ia berhenti, lalu tidur sarnpai sore. Bila mata hari telah menghilang di ufuk Barat ia mulai bergerak pulang. Setiap tiba di rumah, Raja selalu menanyakan padanya, apakah Gulap marah atau tidak. Akan tetapi si Gulap tidak pernah menampakkan kemarahannya. Begitulah kerjanya selama tiga hari berturut-turut.

Setelah itu Gulap memberitahukan pada Raja agar ia memeriksa hasil pekerjaan yang dilakukannya. Maka Raja puri pergi ke sawah memeriksanya bersama-sama dengan Gulap. Sesampainya di sawah, Raja berkata, “Inikah hasil pekerjaanmu Gulap”. “Ya, Tuan"”, Jawabnya.

“Kalau hanya begini saja, bagaimana mau ditanami, hanya sedikit sekali”, Kata Raja itu pula.

Jawab Gulap, “Saya menurutkan perintah tuan, kerjakan sampai dimana kemampuan saya. Saya ingin bertanya, apakah tuan marah pada saya?”. “Tidak”, Jawab Raja.

Maka pulanglah mereka bersama-sama sambil pergi melihat kebun raja. Tiba di sana Raja berkata padanya, “Hai Gulap, ini kebun cengkeh kita, dan ini kebun tebu kita. Besok pagi kau kerjakan kebun tebun ini, buangkan semua daunnya ke luar pagar hingga bersih”.

“Baiklah”, Jawab Gulap.

Esok paginya Gulap pergi ke kebun. la membersihkan semua daun-daun tebu itu mulai dari daun tua hingga ke daun mudanya dibuangnya semua ke luar pagar. Sesudah pulang ke rumah, baru ia memberitahukan pada Raja, sambil berkata. “Tuan daun tebu sudah bersih.”

Keesokan harinya Raja pergi memeriksa hasil kerja Gulap. Akan tetapi apa hendak dikata, pohon tebunya sudah gundul semuanya. Lalu raja itu berkata pada Gulap “Mengapa kau habiskan semua daun tebu itu Gulap?”.

Baca Juga: Cerita Rakyat Daerah Bengkulu - Sejarah Persahabatan Bengkulu dan Aceh

“Saya menurutkan perintah Raja”, kata Gulap.

 “Raja marah padaku?”

“Tidak”, jawab Raja. Karena ia takut akan janjinya, siapa marah akan dijual.

Raja pun memanggil Gulap, katanya, “Besok kau bawa pulang semua pohon tebu itu, buatkan untuk masak gula”. “Baiklah”, kata Gulap.

Maka esok harinya Gulap  pergi  menebang semua pohon tebu itu, dan dibawanya pulang  ke  rumahnya. Tiba  di  rumah,  tebu itu diperasnya dan airnya ditampung buat dimasak gula. Kemudian air tebu itu dimasukkan ke dalam kancah lalu dimasaknya.

Tempat masak gula itu sengaja dibuat Gulap di dekat jendela kamar putri raja.Sebab sudah sekian lama ia tinggal di sana, belum pernah melihat wajah daripada putri itu.

Sendok untuk pengacau gula diselipkannya di pinggangnya. Waktu air tebu itu menguap  dengan  hebatnya,  hingga melimpah ke luar, Gulap ribut berteriak..teriak, “Mana sendok, mana sendok?”

Mendengar Gulap ribut beteriak, sang putri pun keluar dari kamar, katanya “Hai, kak Gulap. Sendok itu ada di belakangmu”. Gulap menolah ke belakang, lalu mereka bertemu pandang, sambil tersenyum.

Kata Gulap pada putri itu, “Sudah sekian lama aku merindukanmu, tapi baru kali ini aku  dapat  melihat  kecantikan  adinda”. Sang putri tersenyum penuh pengertian. Dalam keasikan mereka, lupalah ia akan tugasnya. Hingga air gula itu meluap terus dan akhirnya hanya tinggal setempurung lagi (tempurung kelapa).

Tak lama kemudian Raja pulang. Raja memanggil Gulap, katanya. “Mengapa hanya ini, gulanya wahai Gulap”.

“Air tebu tadi tumpah Tuan. Banyak yang meluap ke luar”, Jawabnya.

“Kalau begini terus kerjamu, bisa musnah harta bendaku”. Kata Raja. “Tuan marah padaku?”, Tanya Gulap.

“Tidak, aku hanya memberi nasehat padamu”, Jawab Raja itu. “

“Nah Gulap, besok pagi kita memetik sayuran di kebun”. “Baiklah Tuan”, Katanya.

Esok harinya dibawanyalah karung untuk tempat sayuran. Tiba di kebun, Raja memerintahkan Gulap di badan lembah. Setelah sayur agak banyak dipetik Gulap masuk ke dalam karung. Dibagian atas ditimbuninya dengan sayuran.

Raja  berteriak  memanggil  Gulap, Gulap diam di dalam karung itu tidak menyahut.

“Mungkin Gulap ini merajuk”, Kata raja dalam hatinya.

Raja bergegas mengambil karung itu dan menambah lagi sayuran yang ada di dalam karung itu. Kemudian dipikulnya dibawa pulang ke rumahnya. Tiba di rumah, Raja menyuruh sang putri mengeluarkan  sayuran  itu  dari dalam karung.  Gulap tadi masih  ada  di  dalam  karung  tersebut  dalam  keadaan diam-diam. Di saat sang Putri mengeluarkan sayuran itu, Gulap memegang tangannya. “Diam-diam, jangan diberitahukan pada Raja”, Kata Gulap.

Di waktu Raja pulang mandi, dilihatnya Gulap sedang membongkar sayuran bersama putrinya.

Raja berkata dalam hatinya, “Pasti Gulap tadi di dalam karung ini, Besok pagi akan dibuat seperti ini juga”.

Keesokan harinya Gulap pergi ke kebun lagi diajak oleh Raja. Pergilah mereka bersama-sama ke kebun, akan tetapi di dalam hati masing-masing sudah berkata ingin menipu.

Pada waktu tiba di kebun begitulah yang dilakukannya sebaliknya dari yang kemarin. Raja masuk ke dalam karung diam-diam. Akan tetapi Gulap telah mengetahui tipu muslihat ini.

Hanya ia berpura-pura tidak tahu.

Diangkatnya karung itu, lalu dihempaskannya berkali-kali di tanah. Raja tidak bisa keluar sebab sudah diikat erat-erat. Ia tinggal diam saja dan menahan kesakitan. Begitulah seterusnya dilakukan oleh Gulap hingga sampai ke rumahnya.

Dalam perjalanan ia bertemu dengan  seorang pedagang yang membawa seekor gajah dan sepucuk bedil, Gulap mengajak saudagar itu bertaruhan. Karung sayurnya diletakkan di punggung gajah.  Kalau saudagar itu kena menembak karung itu maka ia boleh   mengambilnya.   akan   tetapi   sebaliknya   bila  tidak kena, Gulap akan mengambil gajahnya beserta bedil milik saudagar itu. Sewaktu ditembaknya ternyata tidak mengenai sasarannya. Saudagar itu terpaksa menyerahkan Gajah serta bedilnya pada si Gulap. Dengan  girang  hati  Gulap  membawa  gajah  itu  pulang.

Baca Juga: 10 Ide Caption Whatsapp dan Instagram yang Keren dan Estetik

Tiba   di   rumah   karung   sayur   itu direndamnya  terlebih dulu  agar  tidak  layu  katanya.  Raja  di  dalamnya  ikut terendam beserta sayur itu. Sewaktu sayur itu dibongkar, Raja mengeluh kedinginan.  Gulap berkata padanya “Wah, Mengapa begini tuan, apakah tuan marah?”. “Tidak, Saya tidak marah, memang  aku yang salah”, Jawab Raja.

Pada malam harinya barulah Gulap menceritakan pada Raja bahwa ia menang dalam pertaruhan dengan saudagar. “Sekarang kita telah mendapat seekor gajah dan sepucuk bedil. Gajah itu sama-sama kita memeliharanya. Tuan memiliki bagian kepala hingga ke pusatnya dan selebihnya kepunyaanku”, Kata Gulap.

“Kalau begitu baiklah”, Jawab Raja.

Oleh karena makanan gajah itu tak terjamin lagi, maka dilepaskannya di hutan bebas.

Beberapa hari kemudian berdatanganlah rakyat mengadukan pada Raja bahwa kebunnya telah musnah dimakan oleh gajah itu. Akhirnya Raja memanggil Gulap untuk diadili. Gulap bertahan akan kemenangannya, sebab ia memiliki bagian sebelah ekor gajah. Yang memakan tanaman dikebun itu adalah mulut gajah itu. Mulut gajah adalah bagian untuk Raja itu sendiri. Raja mengakui akan kepintaran Gulap. Esok harinya mereka-pergi pesta di rumah Raja Muda, dengan menunggangi gajah. Setibanya di rumah Raja Muda mereka disambut dengan meriah.

Salah seorang pelayan menanyakan pada Gulap, “Hai Gulap bagaimana caranya memberi makanan Raja?”.

Gulap menjawab “Sewaktu Raja makan nanti, tanyakan padanya apakah ia masih mau menambah nasinya atau tidak”.

“Kalau ia mengatakan tak usah ditambah lagi, maka tambahkan nasinya banyak-banyak, dan sebaliknya bila ia mengatakan tambah maka nasi yang di hadapannya itu langsung disimpan."

Dalam hidangan makan itu pelayan menanya pada Raja. Raja mengatakan ia sudah kenyang, tak usah ditambah lagi. Pelayan tadi ingat akan keterangan dari pada Gulap, maka diisinya piring makan Raja itu sebanyaknya, Raja terpaksa menghabiskan nasi itu, kalau tidak dihabiskan ia merasa malu.

Saking kenyangnya, Raja tak tahan lagi, perutnya sakit. Ia bangun dari tempat itu, lalu berlari-lari ke luar.

Gulap berteriak-teriak minta tunggu, akan tetapi ia tak menghiraukan lagi.

Beberapa hari kemudian Raja tadi mengakui akan kepintaran Gulap. Mulai saat itulah ia mengundang semua rakyat untuk menghadiri pengangkatan Gulap sebagai raja dan langsung meresmikan pernikahannya pada sang Putri.

Gulap sekarang telah jadi raja, ditebusnya semua kakak­kakaknya yang terjual dijadikan budak selama ini. Berkumpullah mereka bersama-sama keluarganya dalam keadaan bahagia.***

Editor: Doris Susama

Sumber: Buku Cerita Rakyat Daerah Bengkulu

Tags

Terkini

Terpopuler