IKOBENGKULU.COM - Penelitian terbaru mengungkap berbagai manfaat puasa terhadap pencegahan berbagai kondisi medis.
Puasa, yang didefinisikan sebagai penghindaran dari makanan dan minuman untuk jangka waktu tertentu, memiliki beberapa jenis dalam dunia nutrisi.
Termasuk di antaranya adalah puasa absolut atau mutlak, puasa air, puasa jus atau detoksifikasi, dan puasa intermiten.
Menurut Alina Petre, seorang ahli gizi, studi terkait puasa dan sistem kekebalan tubuh umumnya fokus pada puasa intermiten dan puasa absolut.
Dari sudut pandang ilmiah, puasa mengaktifkan mekanisme tubuh untuk mengandalkan simpanan energi, seperti glukosa yang disimpan sebagai glikogen di hati dan otot, untuk mempertahankan fungsi normalnya.
Setelah cadangan glikogen terpakai, biasanya dalam waktu 24-48 jam setelah puasa, tubuh beralih menggunakan lemak dan asam amino sebagai sumber energi.
Baca Juga: Dialog Interaktif DJP Bengkulu-Lampung: Cara Tepat Merespons Surat Pajak untuk Wajib Pajak
Proses lipolisis memecah lemak tubuh menjadi asam lemak, yang kemudian dapat dimetabolisme menjadi keton, sumber energi alternatif bagi tubuh dan otak. Keton khususnya, seperti beta-hidroksibutirat, dipercaya bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan produksi dan regenerasi sel-sel kekebalan, serta menekan sitokin inflamasi.
Selain itu, puasa dikaitkan dengan berbagai manfaat lain seperti penurunan berat badan, penanganan diabetes tipe dua, penanggulangan stres oksidatif, serta pemeliharaan kesehatan jantung dan otak.
Meskipun demikian, para ahli menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami jenis puasa tertentu yang paling efektif dalam meningkatkan respons imun tubuh terhadap beragam kondisi kesehatan. ***