IKOBENGKULU.COM – Era digital selain memberikan kemudahan untuk berkomunikasi juga telah menjadi referensi banyak orang untuk mendapatkan update informasi terbaru. Namun perkembangan teknologi informasi yang makin canggih juga diiringi dengan penyebaran berita hoaks yang makin banyak.
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa berita hoaks lebih cepat menyebar daripada berita benar. Hasil survey Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) tahun 2017 mendapati hasil bahwa saluran penyebaran berita hoaks terbesar di Indonesia yakni berasal dari Media Sosial dan Aplikasi Chatting.
Kata hoaks (hoax) sendiri mulai populer digunakan mulai pada abad pertengahan hingga abad ke-18. Kata hoaks berasal dari frasa hocus pocus, yakni istilah dalam dunia sulap. Saat ini penggunaan kata hoaks lebih mengacu pada suatu berita/informasi yang tidak benar yang dibuat seolah-olah benar sehingga dapat dipercaya oleh orang lain.
Hoaks juga memiliki jenisnya sendiri. Dikutip oleh IKOBENGKULU.COM dari buku Mengenal Hoaks, Selasa, 17 Mei 2022, berikut adalah jenis hoaks yang harus diwaspadai.
- Satire atau parodi
Jenis pertama dari hoaks adalah informasi yang dibuat untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan, biasanya disampaikan dalam bentuk opini, sarkasme atau parodi. Satire umumnya dibuat tanpa maksud untuk mengelabui orang yang meihatnya karena hanya bersifat sindiran. Namun, bagi yang tidak memahami gaya bahasa ini dapat terkecoh dan menganggap informasi yang dilihatnya sebagai suatu kebenaran, terutama jika yang menyampaikannya tidak secara jelas menyatakan bahwa informasi tersebut merupakan sebuah satire.
- Konten yang menyesatkan
Jenis hoaks yang kedua adalah penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai isu. Biasanya informasi yang ditampilkan dengan menghilangkan konteksnya untuk menggiring persepsi publik agar sesuai dengan keinginan pembuat informasi tersebut.
- Konten tiruan
Ketiga, yakni informasi yang dibuat mirip dengan aslinya dengan tujuan untuk mengelabui publik, seperti situs web yang dipalsukan agar pengunjungnya tertipu dan menganggap situs tersebut adalah situs aslinya.
- Konten palsu
Selanjutnya adalah konten baru yang 100% salah, sengaja dirancang dan dibuat untuk mengelabui pembacanya. Pembuatan konten palsu ini dapat dilatarbelakangi oleh berbagai tujuan, baik keuntungan finansial, propaganda, maupun kepentingan politik sehingga berpotensi menyesatkan dan bahkan membahayakan masyarakat.